Apakah itu krisis paruh baya, dan bagaimana kita mengatasinya ? Pengertian umum krisis paruh baya adalah menurunnya tingkat kebahagiaan seseorang ketika ia memasuki usia paruh baya (usia 40 an), dengan rentang waku antara 5 – 10 tahun (tidak ada definisi pasti). Atau lebih umum lagi, biasanya orang mengenalnya dengan istilah puber kedua.
Krisis paruh baya atau pubertas kedua, bisa saja
terjadi pada pria maupun wanita, hanya kadar ekspresi atau reaksi antara pria
dan wanita yang mengalaminya, sedikit berbeda. Pada kebanyakan pria, krisis
kepercayaan diri ini banyak sekali mempengaruhi sikap dan perilaku mereka.
Namun pada umumnya,
reaksi pria yang mengalami krisis paruh baya (puber kedua) seringkali melakukan
hal-hal yang terkadang aneh dan lucu, hanya untuk menarik perhatian orang lain,
atau untuk menegaskan diri, bahwa eksistensinya masih ada, masih seperti dahulu
dan ingin tetap diakui.
Dalam bentuk perilaku
keseharian, misalnya pria yang mengalami krisis paruh baya ini, terkadang suka bertingkah-laku
aneh, nyeleneh bahkan terkadang bisa keterlaluan dan lupa diri. Misalnya pria
pada usia awal 40 an yang sedang mengalami puber ke dua, biasanya suka melirik gadis-gadis muda atau remaja, dan
mencoba menarik perhatian mereka, dengan mencoba menggoda mereka, bahkan meski
isterinya sendiri di rumah, jauh lebih cantik, dibandingkan dengan gadis yang
sedang ia coba goda.
Atau di era social media
seperti saat ini, seseorang yang mengalami krisis paruh baya, juga kerap
bertingkah-laku seperti layaknya remaja yang suka menarik perhatian orang lain,
misalnya tanpa ragu, risih ataupun malu, terkadang pria yang mengalami “puber
ke dua” ini mengupload foto artis yang seronok, dalam akun Facebook mereka,
atau berkomentar yang tidak perlu dan aneh-aneh, seperti layaknya remaja yang
sedang memasuki masa pubertas.
Mengutip sumber media
The Australian, disebutkan bahwa krisis paruh baya itu nyata – bahkan menurut studi terbaru para
peneliti dari University of Melbourne, menunjukkan
terjadinya penurunan pada lintasan
stabil dalam kesejahteraan, bagi
kebanyakan orang dari akhir remaja sampai awal usia 40-an mereka.
Penelitian krisis paruh
baya ini meneliti perilaku ribuan orang di 3 negara, yang menunjukan krisis identitas
itu rata-rata dimulai ketika memasuki usia awal 40 tahun-an, dan selanjutnya
secara bertahap, akan mengalami peningkatan yang stabil, sejak saat itu.
Pemimpin penelitian, Dr Terence Cheng dari Universitas Melbourne, mengatakan, "Kami
telah mengidentifikasi jelas U - bentuk dalam kesejahteraan manusia." Gasan krisis patuh baya ini
sendiri masih menjadi kontroversi , karena pada beberapa penelitian sebelumnya,
para akademisi masih menemukan banyak kekurangan untuk mengidentifikasinya.
Menurut Dr Cheng,
yang bekerja bersama para
koleganya dari University of Warwick dan London School of Economics, mengatakan, "Kebahagiaan
manusia menyentuh titik terendah pada
sekitar usia 40 sampai 42
tahun." Pada periode
ini orang,
benar-benar mengalami krisis paruh baya, ini terlihat pada puluhan ribu manusia di tiga n`egara,
yaitu Australia, Jerman dan Inggris, yang telah diterbitkan oleh salalh satu
Institue di Jerman.
Hasil penelitian
terbaru, menunjukan perubahan perilaku krisis identitas diri ini, berhubungan
erat dengan menurunnya tingkat kebahagian yang dialaminya, dan hanya bersifat
sementara, dalam 1-2 tahun saja.
Meski tidak bisa dipungkiri,
pada banyak kasus krisis paruh baya, banyak diantara mereka yang terlanjur
tenggelam hanyut hingga mencapai usia 50 an, atau bahkan terkadang sampai lupa
diri dan terhanyut jauh hingga melupakan keluarga mereka, yang berujung pada
perceraian dengan isteri dan sebagainya.
Sumber: The Australian
& berbagai sumber
0 Response to "Benerkah Krisis Paruh Baya Itu Ada ? Dan Apa Dampaknya ?"
Post a Comment